HALIMAH ASSA’DIYAH
oleh Syarifah Soraya -Guru Hafalan Quran MTs PKP-
Wanita beruntung yang dipilih Allah
untuk mengasuh, menyusui dan membesarkan Nabi Muhammad SAW adalah Halimah.
Seorang wanita dari kabilah bani sa’ad yang tak pernah menyangka namanya akan
dikenang sepanjang sejarah. Inilah apa yang dituturkannya :
Aku adalah satu dari kebanyakan
wanita thoif yang berprofesi sebagai tukang susu, dalam tiap sekian bulan
sekali kami akan turun ke mekkah ataupun kota2 lain di sekitar thoif untuk
mengambil anak yang dapat kami susui dan mendapat bayaran dari ayah anak
tersebut.
Adalah budaya di mekkah pada saat itu
menyusukan bayi2 mereka kepada wanita di desa, dan dianggap tinggal di desa
untuk anak balita adalah lebih sehat, lebih ceria dan bahasa mereka lebih
terjaga.
Seperti bulan itu, saat desa kami sedang
dilanda paceklik kekurangan makanan. Susu dari unta kami tidak mencukupi untuk
makanan kami sekeluarga, dan keledai yang kami naiki berjalan gontai, kami aku,
suamiku dan bayi dalam gendonganku memutuskan mencari tambahan nafkah turun ke
mekkah mencari bayi untuk aku susui. Bersama rombongan 70 an perempuan kami
menaiki keledai di barisan paling belakang.
Sampai di mekkah sore hari kami
memasang tenda, berencana menginap malam itu dan esok harinya lalu kembali ke
thoif setelah tentu saja mendapatkan bayi untuk kami susui.
Malam itu kami tidak dapat tidur
nyenyak, unta kami susunya tak mencukupi untuk makan malam, aku masih lapar dan
air susuku keluar tak seberapa. Anakku menangis hampir sepanjang malam
karenanya.
Keesokan paginya aku dan kawan2
perempuanku menuruni perbukitan dan memasuki kota mekkah. Kami bertanya kepada
warganya tentang bayi yang dapat kami susui, dan nama pertama yang kami dengar
adalah Muhammad cucu Abdul mutholib pemimpin suku quraisy, semua ingin
menyusuinya namun tatkala kami dengar ia sudah tak berayah lagi, semua
mengurungkan niat, sebab tentu saja kami tidak ingin menyusui tanpa bayaran.
Dan jika ayahnya meninggal siapa yang akan membayar upahnya?
Kami berpencar dan di siang hari
semua kawanku telah mendapat bayi untuk disusui, tinggal aku yang kembali ke
tenda dengan tangan hampa.
Abu Dhuaib suamiku berkata :
“ tak menyenangkan pulang ke thoif
tanpa mendapat apa yang kita tuju, pergi dan ambillah bayi Muhammad itu wahai
istriku... siapa tahu dia bayi yang membawa berkah “
Aku setuju dengannya.
Sesampai di rumah Aminah, akupun
berbicara dengannya tentang tujuanku dan keinginanku menyusui puteranya. Ia
berkata :
“ aku sudah tak bersuami lagi, dan
tak tahu bagaimana harus membayarmu “
Kukatakan padanya jangan merisaukan
itu, dan kusampaikan apa yang disampaikan suamiku kepadanya :
“ jika memang itu tujuanmu, maka
silahkan wahai halimah... engkau tak keliru. Anakku memang membawa keberkahan
dan tidak pernah menyulitkan, dari sejak kehamilan aku tidak pernah merasakan
kesakitan seperti yang dirasakan kebanyakan perempuan. Ambillah dan buat ia
selayak anakmu sendiri..”
Aku menuju kamar yang dia tunjukkan,
kusibak tirai penutup ruangan, dan disanalah dia berada
Seorang bayi mungil di atas dipan
bertutupkan selimut yang membungkus tubuhnya.
Bayi itu menyadari kehadiranku, ia
menoleh dan tersenyum. Duhai... tak pernah kutahu bayi berumur tiga hari yang
begitu.. dan aku merasakan sesuatu yang aneh di hatiku. Kerinduan.. seolah ia
adalah anakku yang telah terpisah dariku dan kembali kutemu. Aku rindu
padanya.. sebuah kerinduan yang membuatku tak sabar mendekatinya. Kuraih ia
dengan hati-hati, kudekap di dadaku dan aku memeluknya. Lama... kurasakan
mataku menghangat dan air mata menetes darinya satu-satu.
Aku menangis rindu..
Kususui bayi muhammad saat itu juga.
Dan keajaiban lain terjadi, entah dari mana aku merasa air susuku penuh, hingga
bayi Muhammad meminumnya dengan puas. Aku putar tubuh kecilnya untuk berpindah
dari kanan ke kiri, ia tidak mau menyusu, kukembalikan ia ke kanan dan dia menyusu
kembali. Ia hanya mau menyusu dari yang kanan, Belakangan baru kutahu, ia
melakukan itu untuk menyisakan yang kiri untuk saudara sesusunya, anakku yang
kini aku tinggalkan di tenda bersama suaamiku.
Nabi Muhammad SAW mengerti berbagi
bahkan sejak bayi.
Malam itu keajaiban lain terjadi,
untaku mendadak banyak air susunya, mencukupi untuk makan malamku dan suamiku,
tak ada lagi tangis bayi ataupun tidur malam dalam kelaparan, kami terlelap
nyenyak malam itu..
Esok paginya, kamipun pulang bersama
ke thoif, suamiku menggendong anak kami, dan aku menggendong bayi Muhammad. Dan
ajaib, keledai kami yang saat datang paling lemah dan berjalan paling belakang,
sekarang melewati keledai2 lain hingga berjalan paling depan.
Seorang teman bertanya keheranan :
“ sempat beli keledai baru,
halimah....???”
“ tidak, ini keledaiku yang kemarin”
“ tidak mungkin... bukankah yg
kemarin jalannya lambat dan paling belakang ??”
“ Ya, akupun sedang keheranan..”
Jawabku sambil berteriak.. karena
keledaiku berjalan semakin kencang meninggalkannya.
Nabimu Muhammad SAW istimewa sejak
balita..
Ia tumbuh cepat luar biasa. Ia telah
mampu bicara di usia baru beberapa bulan saja, berjalan di usia 6 bulan dan ia
telah ikut menggembala kambing bersama saudara2 sesusunya putra2 abu dhuaib di
usia satu tahun..
Semua yang disentuhnya menjadi
berkah.. kambing gembalaannya pulang gemuk2 meski di musim kemarau, unta yang
dinaikinya diperah mengeluarkan banyak air susu hingga bisa diminum sekeluarga,
makanan yang disentuhnya selalu dapat mengenyangkan seisi rumah meski tampak
sedikit terlihatnya..
Halimah bercerita :
Muhammad tinggal bersama kami sampai
selesai penyusuannya, dan kami harus mengembalikan kepada ibu nya meskipun kami
sangat ingin dia tetap tinggal bersama kami, maka aku berusaha membujuk ibunya
agar mengembalikannya untuk tinggal bersama kami sampai sang ibu pun
mengijinkannya.
Hingga pada suatu hari datanglah
anakku dengan panik dan berkata
“ ibu ..ayah..susulilah Muhammad dia
tadi dihampiri oleh dua orang laki-laki asing berpakaian putih”. Aku dan
suamiku segera berlari mancari Muhammad dan kami mendapatinya berwajah pucat
dan gemetar, suamiku mendekatinya dan aku segera mendekapnya.
“ apa yang terjadi padamu nak?”
“tadi dua orang laki-laki asing
menghampiriku, merebahkanku,membelah dadaku seperti mencari sesuatu yang aku
tidak tahu, kemudian merekapun pergi meninggalkanku”.
Kami berdua segera membawanya kembali
ke rumah, suamiku berkatra dengan mata berlinang tampak begitu khawatir,
“ aku takut anak ini tertimpa sesuatu
yang kita tidak mampu menanggungnya wahai Halimah, sebaiknya kembalikan ia
kepada keluarganya, aku rasa mereka lebih mengerti bagaimana menghadapinya”.
Kami pun membawanya ke Mekkah.
“ apa yang kau takutkan Halimah?,
setelah diceritakan padanya peristiwa pembelahan dada Muhammad, apakah kau
takut dia akan diganggu syetan?”
Aku pun menggangguk.
Tidak akan...Allah akan slalu
menjaganya, syetan tidak bisa mengganggunya, tahu kah engakau ketika aku
melahirkan, aku melihat cahaya meneranginya hingga aku melihat kerajaan Romawi
dan Persia, ia bahkan dilahirkan da;lam keadaan sujud dan tanggannya menunjuk
ke arah langit, ucap Aminah dengan penuh kesungguhan.
Tapi meski begitu tinggalkanlah dia
Halimah, semoga engkau di balas segala kebaikan.
Aku dan suamiku pun pulang dengan
kesedihan tak terhingga, belum lagi kesedihan anak- anakku.
Halimah mengakhiri kisahnya.
Berpuluh tahun kemudian beberapa
bulan setelah Nabi Muhammad SAWtelah hijrah ke madinah, datanglah rombongan
dari thaif hijrah ke madinah. Nabi menyambut mereka, dan ketika dilihatnya
seorang wanita tua ada diantara mereka, nabi setengah berlari menghampirinya..
seraya berkata :
“ umi, umi.... Ibuku, dia adalah
ibuku...”
Halimah assa’diyah datang hijrah
setelah keimanannya kepada seorang Nabi yang dulu dari dadanya Ia menyusu..
Nabi pun membentangkan surbannya, dan
mempersilahkan sang bunda untuk duduk diatasnya dan begitu memuliakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar