Senin, 07 November 2016

Mendidik Gen Y

Oleh: Tongato 

Pembicaraan tentang generasi y saat ini sedang menghangat. Dalam berbagai pembicaraan dengan pembicaraan sesama guru, gen y yang saat ini berusia sekitar dua puluhan, termasuk di dalamnya para pelajar SLTA, sering diidentifikasikan sebagai pemalas, kurang perhatian, sangat tergantung pada gadset dan tidak peduli dengan penilaian. 

Sebagai guru, mendidik generasi y adalah tantangan tersendiri. Bukannya menyalahkan keadaan, tindakan bijak adalah memahami sikap, perilaku dan pemikiran mereka. Harus disadari bahwa mereka lahir dalam dunia yang serba instan, serba cepat. Para gen y ini mungkin juga lelah dalam proses pembelajaran yang selama ini mereka ikuti. Mereka harus bersama dengan guru yang lahir dari generasi x, bahkan dari generasi baby boomer. 

Suatu generasi yang sangat jauh berbeda dalam hidup dan memandang permasalahan. Terlebih para pelajar Indonesia. Bila kita mendekati gen y, kita akan tahu bahwa mereka pandai beradaptasi, sangat menguasai teknologi dan pandai berinteraksi. Tampaknya, satu-satunya jalan agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan optimal adalah memahami mereka. 

Dengan mengerti dan memahami mereka, maka akan terbangun komunikasi dua arah yang akan mendukung dan memperlancar proses pembelajaran. Selain itu, hal penting lainnya adalah menghilangkan stereotype mereka sebagai generasi pemalas, kurang perhatian, sangat tergantung gadset dan abai terhadap penilaian. Mereka sebetetulnya adalah generasi yang banyak mendapatkan kemudahan dari buah perkembangan teknologi. Dalam kemudahannya ini, mereka mampu memanfaatkannya sehingga masalah hidup menjadi mudah. Jadi bukan karena malas, melainkan mereka mampu memaksimalkan manfaat dari penguasaan teknologi. Dengan menguasai teknologi dan kebiasaan mereka dalam mengomsumsi derasnya informasi yang ada, fokus mereka mudah beralih. Tak heran bila mereka tak dapat berlama lama mendengarkan penjelasan guru dalam menerangkan pelajaran. Bukannya mereka tidak berusaha, hanya saja habit yang telah membetuknya dengan adanya gadset di tangan yang dapat mengakses informasi dalam sekejap tidak mudah untuk berlama lama dengan penjelasan guru. Meyiasati keadaan ini tentu sebagai guru harus segera mengubah strategi dan metode pembelajarannya. Harus diingat kembali bahwa inti pembelajaran adalah adanya perubahan, hasil pembelajaran bertahan lama dan melibatkan pengalaman. Berangkat dari pemahaman ini, maka guru harus menerapkan pembelajaran yang benar-benar dapat melibatkan pengalaman siswa. 

Dalam setiap pembelajaran, siswa terlibat baik secara kognitif, afeksif maupun psikomotor. Dengan keterlibatan ini, maka siswa akan memperoleh hasil pembelajaran yang dapat bertahan lama dan mampu mengalami perubahan, dari tidak tahu menjadii tahu, dari tahu menjadi lebih tahu. Seterusnya, dalam praktik pembelajaran, hendaknya guru memegang prinsip keterlibatan anak. Siswa menjadi terlibat baik secara kognitif, afektik maupun psikomotor. Pelibatan ini penting sebagai cara untuk menanamkan pengertian yang kuat. Selain itu, guru juga harus mengorganisir setiap materi pembelajaran secara baik. 

Materi disampaikan tahap demi tahap, dengan pemberian motivasi dan pengujian secara berkesinambungan. Dengan cara ini, pembelajaran gen y akan berjalan smart. Siswa terlibat langsung dan menjadikan mereka aktor pembelajaran. Dan prestasi, tentu dapat diraih secara maksimal.*** Email. tongatomatmowinoto@gmail.com WA 081297761139

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer