Oleh : Dr. H. Tongato, M.Si. (Sekretaris I Yayasan PKP)
Sekolah merupakan agen perubahan ranah afektif, kognitif dan
psikomotorik siswa dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator
dan katalisator dalam menahkodai proses pembelajaran. Peran guru disini
bagaikan murobi, kata Munif Chatib, penulis buku Sekolah Anak-anak Juara,
yakni dalam hal sebagai pemelihara kebaikan, dan merubah yang jelek
menjadi baik serta meningkatkan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi;
yang terampil menjadi lebih terampil lagi dan yang pandai, lebih pandai
lagi.
Untuk menjadi murobi yang baik, maka jadilah guru yang menyenangkan.
Caranya, pertama-tama adalah jadilah guru yang menguasai materi
pelajaran dan menguasai kompetensi yang mesti siswa kuasai. Dengan
menguasai materi pelajaran, maka guru akan lebih leluasa dalam
menyampaikannya. Penguasaan guru terhadap poin-poin penting dapat
mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran secara lebih variatif.
Selain itu, penguasaan strategi mengajar akan melengkapi kesempurnaan
menjadi guru yang menyenangkan. Ada ratusan strategi mengajar yang dapat
dimanfaatkan guru dalam pembelajaran.
Berikutnya, berkaitan dengan gaya mengajar. Gaya mengajar guru menurut Munif Chatib, --- yang juga menulis buku best seller, Sekolahnya Manusia & Gurunya Manusia, --- hendaknya simetris dengan gaya belajar siswa. Hal ini akan membuat siswa senang dalam pembelajaran. Adanya chemesrty guru-siswa menjadikan siswa nyaman dalam belajar.
Untuk lebih menyegarkan suasana belajar, guru dapat memilih tempat
mengajar. Belajar jangan hanya menggunakan ruang kelas. Ada banyak
lokasi yang dapat menjadi tempat belajar. Taman, perpustakaan, bahkan
pasar juga dapat digunakan sebagai lokasi belajar. Variasi lokasi ini
akan mampu menyegarkan dan mengaktifkan siswa belajar. Belajar transaksi
bisnis, akan lebih mudah dipahami apabila siswa langsung menyaksikan
transaksi pedagang dan pembeli di pasar.
Pengamatan kita menunjukkan bahwa, guru lebih dituruti daripada orang
tua siswa. Ini merupakan modal positif untuk menjadi guru yang
menyenangkan. Apa pasalnya? Ada banyak jawaban, diantaranya karena
ketika di kelas guru berusaha untuk menjadi teladan. Guru mempesiapkan
diri dengan baik ketika akan mengajar. Berusaha menjadi yang terbaik,
mulai cara berpakaian, bertutur kata dan berperilaku. Modal ini
hendaknya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para guru.
Pendiri Wall Mart, jaringan super market, Sam Walton,
memiliki kiat dalam menjalankan perusahaannya. Tampaknya, kiat-kiatnya
juga relevan bagi guru dalam menjalankan profesinya sehingga dapat
menjadi guru yang menyenangkan. Ada delapan kiat yang disampaikannya.
Berikut kiat-kiatnya, pertama berkomitmenlah pada semangat untuk mendidik dan mengajar. Kedua, bagilah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman dengan guru lain. Ketiga, motivasilah teman kerja. Keempat, berikan penghargaan untuk prestasi siswa sekecil apapun. Kelima, komunikasikan segala sesuatu tentang pendidikan dan pembelajaran. Keenam, rayakan kesuksesan, dan pada kegagalan yang tidak bisa dielakkan. Carilah hal yang lucu darinya. Ketujuh, dengarkan pengalaman teman guru dan siswa. Dan, kedepalan, lampaui harapan siswa, orang tua dan sekolah.
Demikian beberapa catatan tentang upaya menjadi guru yang menyenangkan.
Tentu akan lebih bermakna apabila kita berupaya mengimplementasikan
dalam proses pembelajaran. Bila hal itu kita lakukan, pasti akan muncul
hal-hal baru yang akan menambah upaya menjadi guru yang menyenangkan.
Menjadi guru menyenangkan, mari kita mulai sekarang juga.***