Jumat, 30 Mei 2008

standar kompetensi lulusan

Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi
Lulusan
Ruang Lingkup Materi
1
2
1. Siswa mampu memahami tentang
Aqidah Islam beserta dalilnya,
serta mampu menggolongkan
manusia berdasarkan Iman dan
amal perbuatannya.
- Aqidah Islam, manusia menurut pandangan Islam beserta
dalilnya.
2. Siswa mampu meyakini rukun
Iman yang 6 beserta dalil naqlinya.
- Rukun iman
3. Siswa mampu memahami
pandangan Islam tentang Akhlak.
- Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah
4. Siswa mampu memahami
keberadaan ilmu pengetahuan
dalam Islam dan kehidupan.
- Islam dan Ilmu Pengetahuan
5. Siswa mampu meyakini adanya
mu’jizat para Rasul Allah dan
kejadian luar biasa selain mu’jizat.
- Mu’jizat dan kejadian luar biasa lainnya
6. Siswa mampu meneladani kisah
rasul Ulul’Azmi dan sahabat besar.
- Kisah Rasul Ulul Azmi dan sahabat besar
7. Siswa mampu menjauhi sikap
buruk yang terdapat dalam kisah
orang-orang durhaka.
- Kisah orang-orang durhaka
8. Siswa mampu menyadari hak dan
kewajiban warga negara sesuai
dengan tuntunan Islam

standar kompetensi lulusan

Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi
Lulusan
Ruang Lingkup Materi
1
2
1. Siswa mampu memahami tentang
Aqidah Islam beserta dalilnya,
serta mampu menggolongkan
manusia berdasarkan Iman dan
amal perbuatannya.
- Aqidah Islam, manusia menurut pandangan Islam beserta
dalilnya.
2. Siswa mampu meyakini rukun
Iman yang 6 beserta dalil naqlinya.
- Rukun iman
3. Siswa mampu memahami
pandangan Islam tentang Akhlak.
- Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah
4. Siswa mampu memahami
keberadaan ilmu pengetahuan
dalam Islam dan kehidupan.
- Islam dan Ilmu Pengetahuan
5. Siswa mampu meyakini adanya
mu’jizat para Rasul Allah dan
kejadian luar biasa selain mu’jizat.
- Mu’jizat dan kejadian luar biasa lainnya
6. Siswa mampu meneladani kisah
rasul Ulul’Azmi dan sahabat besar.
- Kisah Rasul Ulul Azmi dan sahabat besar
7. Siswa mampu menjauhi sikap
buruk yang terdapat dalam kisah
orang-orang durhaka.
- Kisah orang-orang durhaka
8. Siswa mampu menyadari hak dan
kewajiban warga negara sesuai
dengan tuntunan Islam

Kamis, 29 Mei 2008

Mempelajari Al Qur'an dan Al Hadist

Bismillahirrahmanirrahiim

Mempelajari Al Qur'an dan Al Hadist

Marilah, terlebih dahulu kita baca Ummul-Qur'an Al Fatihah


Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dari Kitab (Al Qur'an) adalah benar, membenarkan terhadap apa (kitab-kitab) sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat kepada hamba-hamba-Nya. (S Fathir ayat 31)

 

Dan jika Kami jadikannya (Al Qur'an) suatu bacaan (dalam bahasa) selain bahasa Arab, tentu mereka mengatakan : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Qur'an) bahasa asing (sedang Rasulnya) adalah orang Arab? Katakanlah: "Al Qur'an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat, dan Al Qur'an suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh". (S Fushshilat ayat 44)

Paskibra




paskibra mts pkp selalu siap melaksanakan tugas, baik tugas rutin melaksanakan upacara bendera di sekolah maupun tugas luar tingkat yayasan atau wilayah...

kami selalu tampil menjadi yang terbaik berkat latihan yang disiplin

alamat email guru dan staff

NO

Nama

Email

1

Nanang Ahmad Hasan, S.Ag

nahasagaul@yahoo.co.id

2

Sukarno

karnogiyan@yahoo.co.id

3

Eko M

mrpiss2u@yahoo.co.id

4

Euis S

euissrihayati@yahoo.co.id

5

Suwarto, S.Pd

warto_aya@yahoo.co.id

6

Kiki Rizki, S.Ag

kikidjio@yahoo.co.id

7

Sulastri, S.Pd

utri_kendedes@yahoo.co.id

8

9

Reni Aruyanti, S.Pd

renipkp@yahoo.co.id

10

Soimun

soimunpkp@yahoo.co.id

11

Andriyanto

12

Euis M, S.Pd

euispretty@yahoo.co.id

13

Iin S, S.Pd

miss_i2n@yahoo.co.id

14

Suheli, S.Pd.I

suheli_spdi@yahoo.co.id

15

Atjih, S.Pd.I

atjihimut@yahoo.co.id

16

Syabani, S.Ag

syabaniridwan@yahoo.co.id

17

Tuti A, S.Ag

ms_tav@yahoo.co.id

18

Lestari, S.Pd

errasm@yahoo.co.id

19

Syahlia M

lheamegha@yahoo.co.id

20

ekskul libur

menghadapi ulangan semester genap, maka dengan ini diberitahukan kepada seluruh ekskul agar menonantifkan kegiatannya sampai selesai ulangan semester genap

MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II

Apakah pokok-pokok yang terkandung dalam "pembukaan" Undang-undang Dasar.



1."Negara" begitu bunyinya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Dalam "pembukaan" itu diterima aliran pengertian Negara persatuan. Negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi Negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan. Negara, menurut pengertian "pembukaan" itu menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.


2.Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.


3.Pokok yang ketiga yang terkandung dalam "pembukaan" ialah Negara yang berkedaulatan Rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu sistim Negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasar kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia.


4.Pokok pikiran yang keempat, yang terkandung dalam "pembukaan" ialah Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara, untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

KHULAFAURRASYIDIN

Khulafaurrasyidin ialah para khalifah yang arif bijaksana. Merekalah pengganti Rasulullah Saw,
sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin karena sepak terjang mereka mencontoh Nabi Muhammad Saw.
Juga arah tujuannya, yaitu membawa umat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak

  1. 1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (Th.11-13 H/632-634 M)
    Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad. Nama aslinya Abdullah bin Ab Quhafah. Kemudian terkanal dengan sebutan Abu Bakar. Sedang gelar Ash-Shiddiq diberikan oleh para sahabat karena ia sangat membenarkan Rasulullah Saw.
    Sejak muda Abu Bakar memang sudah akrab dengan Rasulullah. Dialah yang menemani Nabi Muhammad di Gua Hira' dan dialah yang pertama kali masuk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Sewaktu Nabi sakit ia dipercaya para sahabat menjadi Imam Sholat. Maka pantaslah bila kaum muslimin memilihnya sebagai Khalifah pertama setelah baginda Rasulullah wafat.
    Tugas pertama yang dilaksanakan sebagai Khalifah, yaitu memerangi orang-orang murtad. Sepeninggal Rasulullah memang banyak kaum muslimin yang kembali ke agamanya semula. Karena Nabi Muhammad, pimpinan mereka, sudah wafat, mereka merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan muncul orang-orang yang mengaku Nabi, antara lain Musailamah Al-Kadzab, Thulaiha Al-Asadi, dan Al-Aswad Al-Ansi
    Kemurtadan saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Untuk itu Abu Bakar mengirim 11 pasukan perang dengan 11 daerah tujuan. Antara lain, pasukan Khalid bin Walid ditugaskan menundukkan Thulaiha Al-Asadi, pasukan 'Amer bin Ash ditugaskan di Qudhla'ah. Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman dan Khalid bin Said ditugaskan ke Syam
    Selanjutnya, atas usul Umar bin Khatab, Abu Bakar memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat Al-Qur'an dengan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai pelaksananya. Hal ini dilakukan mengingat
    a. Banyak sahabat yang hafal Al-Qur'an gugur dalam perang penumpasan orang-orang murtad.
    b. Ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu, dan kayu sudah banyak yang rusak sehingga perlu penyelamatan.
    c. Pembukuan Al-Qur'an ini mempunyai tujuan agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang masa.

    Disamping itu, Abu Bakar memperluas daerah dakwah Islamiyah, antara lain ke Irak yang masa itu termasuk wilayah jajahan Persi dan ke Syam yang dibawah kekuasaan Rum. Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar pulang ke Rahmatullah pada tanggal 23 Jumadil Akhir 13 H. Dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah Saw. Beliau dikenang oleh para sahabat sebagai khalifah yang sangat taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta berbudi luhur, tidak sombong dan amat sederhana.
  2. Umar Bin Khatab (Th.13-23 H/634-644 M)
    Ia lebih muda 13 tahun dari Nabi Muhammad Saw. Sejak kecil ia sudah terkenal sangat cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di depan siapa pun. Tidaklah mengherankan setelah masuknya Umar ke dalam barisan orang muslim. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah masuk Islam paling berani menghancurkan musuh Islam.
    Kemudian terkenallah Umar sebagai "Singa Padang Pasir", sangat disegani. Ia sangat tegas dalam mengatakan kebenaran. Oleh karenanya digelari oleh masyarakat Al-Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan antara yang benar dan yang salah . Sedemikian gigihnya Umar dalam menegakkan Syariat Islam sampai Abdullah bin Mas'ud mengatakan : "Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia," (HR.Bukhari)
    Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persi lainnya. Beliaulah yang pertama membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al-Qur'an.
    Khalifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama 10 tahun 6 bulan oleh tikaman pedang Abu Lu'lu'ah, seorang budak milik Al-Mughirah bin Syu'bah. Dikenang umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana dan sportif. Kata-kata beliau yang sangat terkenal, "Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya". Selain itu, beliau dikenal sangat menyayangi rakyat.
  3. Ustman Bin Affan (Th.23-35 H/644-656 M)
    Ia lima tahun lebih muda dari NAbi Muhammad Saw. Sejak muda, ia memiliki akhlak yang sangat mulia. Ia juga seorang saudagar yang kaya raya dan pendiam. Ialah yang membeli sumur Raumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amalnya hingga masyarakat menggelarinya "ghaniyyun Syakir", yaitu orang kaya yang banyak syukurnya kepada Allah Swt. Sekalipun amat kaya, Ustman tidak segan-segan turut serta berperang. Ia juga termasuk penulis wahyu yang terkenal. Karena kebaikan-kebaikannya itulah, ia dikawinkan dengan putri Nabi yang bernama Ruqaiyah. Setelah Ruqaiyah meninggal, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi yang bernama Umi Kultsum. Oleh karenanya digelari "Dzun Nurain", artinya yang mempunyai dua cahaya.
    Langkah-langkah yang ditempuhnya setelah menjafi Khalifah, adalah mengganti gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah wafatnya Umar. Kemudian beliau memperbanyak naskah Al-Qur'an yang sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, dan Kufah.
    Beliau wafat pada usia 82 tahun setelah memerintah selama 12 tahun. Meninggal oleh tikaman pedang Humran bin Sudan, saat beliau membaca Al-Qur'an. Jasa besar beliau memelihara kemurnian Al-Qur'an sebagaimana yang tersebar sekarang.

4. Ali Bin Abi Thalib (Th.35-40 H/656-661 M)
:Ia sepupu Nabi Muhammad. Putra dari Abu Thalib. Usianya 32 tahun lebih muda dari Nabi. Ia mendapat asuhan langsung dari beliau. Tidaklah mengherankan jika beliaulah dari golongan anak-anak pertama masuk Islam setelah Nabi diangkat menjadi Rasul. Maka, pantas bila pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas. Juga terkenal sangat teguh dalam memegang ajaran agama.
Pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib ini, Islam banyak mengalami kemunduran. Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Ustman bin Affan. Terutama dari golongan Bani Umayyah dan dari kelompok Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Suasana tersebut kian memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pegawai pemerintahan yang telah diangkat oleh Ustman.
Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Khalifah Ustman dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah peperangan. Pertama, terjadi perang Waq'atul Jamali atau peperangan unta antara pasukan Khalifah Ali dengan pasukan Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36 H/657 M akibat hasutan Abdullah bin Saba'. Dalam perang ini, pasukan Ali memperoleh kemenangan. Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan hormat dan dimuliakan.
Perang kedua yang terjadi antara pasukan Khalifah Ali dengan pasukan golongan Umaiyyah yang dipimpin oleh Amer bin Ash. Perang ini dinamakan perang Shiffin, terjadi di dekat Sungai Furat (Ifrat) pada tahun 36 H/658 M. Menjelang kekalahannya, Amer bin Ash mengajak pasukan Ali ke meja perundingan. Siasat Amer bin Ash ini berhasil. Khalifah Ali berhasil dicopy dari jabatannya dan diangkatlah Muawiyah.
Khalifah Ali wafat pada usia 63 tahun, setelah memerintah selama 5 tahun. Ia terbunuh oleh Abdurrahman bin Muljim, seorang dari aliran Khawarij, yaitu aliran yang tidak memihak pada Khalifah Ali, juga tidak merencanakan pembunuhan terhadap Khalifah Ali, Muawiyah dan Amer bin Ash. Mereka berargumentasi, jika ketiga pemimpin tersebut terbunuh, umat Islam dapat dipersatukan

sejarah daulah abbasyiah

Oleh : Mardias Gufron

A. Pengantar

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar.

Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam.

Di antara kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan yang dibuat adalah :

  1. Politik kepegawaian didasarkan pada klan, golongan, suku, kaum dan kawan.
  2. Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut-pengikut Ali RA pada khususnya dan terhadap Bani Hasyim pada umumnya.
  3. Penganggapan rendah terhadap kaum muslimin yang bukan bangsa Arab, sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
  4. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara yang terang-terangan. [1]

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah.[2] Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah. Gerakan ini didahului oleh keturunan Bani Abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim.[3]

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran.[4] Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffar.[5] Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.

Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia [6]

B. Tiga Dinasti dalam Daulah Abbasiyah

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.

Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (harem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam mengembangkan pemerintahan. Sehingga dapatlah dikelompokkan masa Daulah Abbasiyah menjadi lima periode sehubungan dengan corak pemerintahan. Sedangkan menurut asal usul penguasa selama masa 508 tahun Daulah Abbasiyah mengalami tiga kali pergantian penguasa. Yaitu Bani Abbas, Bani Buwaihi, dan Bani Saljuk, seperti tersebut di bawah ini. Kenyataan itu menunjukkan bahwa masa pemerintahan itu diwarnai oleh intrik istana maupun perebutan kekuasaan secara internal. [7]

a. Bani Abbas (750-932 M)

  1. Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M)
  2. Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M)
  3. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)
  4. Khalifah Al-Hadi (785-786 M)
  5. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
  6. Khalifah Al-Amin (809-813 M)
  7. Khalifah Al-Makmun (813-833 M)
  8. Khalifah Al-Muktasim (833-842 M)
  9. Khalifah Al-Wasiq (842-847 M)
  10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)
  11. Khalifah Al-Muntasir (861-862 M)
  12. Khalifah Al-Mustain (862-866 M)
  13. Khalifah Al-Muktazz (866-869 M)
  14. Khalifah Al-Muhtadi (869-870 M)
  15. Khalifah Al-Muktamid (870-892 M)
  16. Khalifah Al-Muktadid (892-902 M)
  17. Khalifah Al-Muktafi (902-908 M)
  18. Khalifah Al-Muktadir (908-932 M)

b. Bani Buwaihi (932-1075 M)

  1. Khalifah Al-Kahir (932-934 M)
  2. Khalifah Ar-Radi (934-940 M)
  3. Khalifah Al-Mustaqi (940-944 M)
  4. Khalifah Al-Muktakfi (944-946 M)
  5. Khalifah Al-Mufi (946-974 M)
  6. Khalifah At-Tai (974-991 M)
  7. Khalifah Al-Kadir (991-1031 M)
  8. Khalifah Al-Kasim (1031-1075 M)

c. Bani Saljuk (1075-1258 M)

  1. Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M)
  2. Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)
  3. Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M)
  4. Khalifah Ar-Rasyid (1135-1136 M)
  5. Khalifah Al-Mustafi (1136-1160 M)
  6. Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M)
  7. Khalifah Al-Mustadi (1170-1180 M)
  8. Khalifah An-Nasir (1180-1224 M)
  9. Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M)
  10. Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)
  11. Khalifah Al-Muktasim (1242-1258 M)

C. Periodisasi dalam Daulah Abbasiyah

a. Periode pertama (750-847 M)

Diawali dengan tangan besi

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abu Abbas As-Safah. Di awal pemerintahannya untuk mengukuhkan eksistensi kekhalifahan Daulah Abbasiyah, maka Abu Abbas menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup tegas, kebijakan itu adalah memusnahkan anggota keluarga daulah Bani Umayah, serta menggunakan suatu agen rahasia yang berfungsi untuk mengawasi gerak dan gerik keturunan Bani Umayah, bila perlu membunuhnya. Koordinator pelenyapan keluarga Bani Umayah itu diserahkan kepada Abdullah pamannya Abu Abbas.[8]

Perlakuan kejam itu tidak hanya kepada orang-orang Umayah yang masih hidup, melainkan juga kepada mereka yang sudah meninggal, dengan cara mengeluarkan jenazah mereka dan membakarnya. Sedangkan makam yang tidak digali, adalah makam Muawiyah bin Abi Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz.[9] Sehingga akhirnya menimbulkan banyak pemberontakan, namun pemberontakan-pemberontakan yang ada dapat dipatahkan oleh Abu Abbas. Setelah Abu Abbas meninggal dia diganti oleh Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)

         Abu Jakfar Al-Mansur adalah Khalifah Daulah Abbasiyah yang dikenal paling kejam. Namun dialah yang paling berjasa dalam mengkonsolidasikan dinasti Abbasiyah sehingga menjadi kuat dan kokoh, dia meletakkan dasar-dasar pemerintahan bani Abbasiyah dan tidak-segan-segan melakukan tindakan tegas kepada pihak-pihak yang mengganggu pemerintahannya.[10]
           Untuk menunjang langkah menuju masa kejayaan beberapa kebijakan penting yang diambil oleh Al-Mansur yaitu memindahkan ibukota dari Kuffah ke Baghdad, sebuah kota indah yang terdapat di tepi aliran sungai Tigris dan Eufrat. Sementara itu perbaikan juga dilakukan di bidang administrasi pemerintahan yang disusun secara baik dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan pemerintah diperketat. Petugas pos-pos komunikasi dan surat-menyurat ditingkatkan fungsinya menjadi lembaga pengawas terhadap para gubernur. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gerakan separatis dan pemberontakan. Tak urung gejala pemberontakan itu memang muncul di mana-mana, misalnya beberapa daerah taklukan melepaskan diri. Namun demikian pemberontakan-pemberontakan yang ada dapat dipatahkan oleh Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur. Selain itu salah satu kebijakan Al-Mansur adalah melakukan invasi dan perluasan daerah kekuasaan, antara lain ke wilayah Armenia, Mesisah, Andalusia dan Afrika.

Kalau dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah ini telah diletakkan dan dibangun oleh Abu Abbas As-Safah dan Abu Jakfar Al-Mansur, maka puncak keemasan dinasti itu berada pada tujuh Khalifah sesudahnya. Sejak masa Khalifah Al-Mahdi (775-785) hingga Khalifah Al-Wasiq (842-847 M).[11]

Pergeseran Kebijakan

Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Makmun (813-833 M). Kedua penguasa ini lebih menekankan pada pengembangan peradaban dan kebudayaan Islam ketimbang perluasan wilayah seperti pada masa Daulah Umayah. Orientasi pada pembangunan peradaban dan kebudayaan ini menjadi unsur pembeda lainnya antara dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayah yang lebih mementingkan perluasan daerah. Akibat kebijakan yang diambil ini, provinsi-provinsi terpencil di pinggiran mulai terlepas dari genggaman mereka.[12]

Ada dua kecenderungan yang terjadi. Pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan yang berhasil menegakkan kemerdekaan penuh seperti Daulah Umayah di Andalusia (Spanyol) dan Idrisiyah (Bani Idris) di Marokko. Cara kedua, yaitu ketika orang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh Khalifah manjadi sangat kuat, seperti Daulah Aglabiah (Bani Taglib) di Tunisia dan Tahiriyah di Khurasan.[13]

Pada zaman Al-Mahdi, perekonomian meningkat. Irigasi yang dibangun membuat hasil pertanian berlipat ganda dibanding sebelumnya. Pertambangan dan sumber-sumber alam bertambah dan demikian pula perdagangan internasional ke timur dan ke barat dipergiat. Kota Basra menjadi pelabuhan transit yang penting yang serba lengkap.[14]

Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun Al-Rasyid. Masa itu berlangsung sampai dengan masa Al-Makmun. Al-Makmun menonjol dalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan menerjemahkan buku-buku dari Yunani.

Kecenderungan orang-orang muslim secara sukarela sebagai anggota milisi mengikuti perjalanan perang sudah tidak lagi terdengar. Ketentaraan kemudian terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional. Militer Daulah Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat. Akibatnya, tentara itu menjadi sangat dominan sehingga Khalifah berikutnya sangat dipengaruhi atau menjadi boneka mereka.

Sebagai respon dari kenyataan tersebut Khalifah Al-Wasiq (842-847 M) mencoba melepaskan diri dari dominasi tentara Turki tersebut dengan memindahkan ibukota ke Samarra, tetapi usaha itu tidak berhasil mengurangi dominasi tentara Turki.

Salah satu faktor penting yang merupakan penyebab Daulah Abbasiyah pada periode pertama ini berhasil mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam Daulah Abbasiyah ini. Berpartisipasinya unsur-unsur non Arab, terutama bangsa Persia, dalam pembinaan peradaban Baitul Hikmah dan Darul Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rasyid dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al-Makmun.

Pada masa itu perpustakaan-perpustakaan tampaknya lebih menyerupai sebuah universitas ketimbang sebuah taman bacaan. Orang-orang datang ke perpustakaan itu untuk membaca, menulis, dan berdiskusi. Di samping itu, perpustakaan ini juga berfungsi sebagai pusat penerjemahan. Tercatat kegiatan yang paling menonjol adalah terhadap buku-buku kedokteran, filsafat, matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam. Di masa-masa berikutnya para ilmuwan Islam bahkan mampu mengembangkan dan melakukan inovasi dan penemuan sendiri. Di sinilah letak sumbangan Islam terhadap ilmu dan peradaban dunia.

Zaman Keemasan

Kekhalifahan Bani Abbas biasa dikaitkan dengan Khalifah Harun Al-Rasyid, yang digambarkan sebagai Khalifah yang paling terkenal dalam zaman keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Dalam memerintah Khalifah digambarkan sangat bijaksana, yang selalu didampingi oleh penasihatnya, Abu Nawas, seorang penyair yang kocak, yang sebenarnya adalah seorang ahli hikmah atau filsuf etika. Zaman keemasan itu digambarkan dalam kisah 1001 malam sebagai negeri penuh keajaiban.

Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejak pemerintahan pengganti Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan mencapai puncaknya di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.

Di masa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jenis kesenian, terutama kesusasteraan pada khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Berbagai buku bermutu diterjemahkan dari peradaban India maupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim. Berbagai dalil dan dasar matematika juga diperoleh dari terjemahan yang berasal dari India. Selain itu juga diterjemahkan buku-buku filsafat dari Yunani, terutama filsafat etika dan logika. Salah satu akibatnya adalah berkembangnya aliran pemikiran muktazilah yang amat mengandalkan kemampuan rasio dan logika dalam dunia Islam. Sedangkan dari sastera Persia terjemahan dilakukan oleh Ibnu Mukaffa, yang meninggal pada tahun 750 M. Pada masa itu juga hidup budayawan dan sastrawan masyhur seperti Abu Tammam (meninggal 845 M), Al-Jahiz (meninggal 869 M), Abul Faraj (meninggal 967 M) dan beberapa sastrawan besar lainnya.[15]

Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan seni saja juga berkembang , meminjam istilah Ibnu Rusyd, Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Ilmu-ilmu Naqli seperti Tafsir, Teologi, Hadis, Fiqih, Ushul Fiqh dan lain-lain. Dan juga berkembang ilmu-ilmu Aqli seperti Astronomi, Matematika, Kimia, Bahasa, Sejarah, Ilmu Alam, Geografi, Kedokteran dan lain sebagainya. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

b. Periode kedua (847-945 M)[16]

Kebijakan Khalifah Al-Muktasim (833-842 M) untuk memilih unsur-unsur Turki dalam ketentaraan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah terutama dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa Al-Makmun dan sebelumnya. Di masa Al-Muktasim (833-842 M) dan Khalifah sesudahnya Al-Wasiq (842-847 M), mereka mampu mengendalikan unsur-unsur Turki tersebut. Akan tetapi, Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M) yang merupakan awal dari periode ini adalah seorang Khalifah yang lemah. Pada masanya orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat setelah Al-Mutawakkil wafat. Mereka telah memilih dan mengangkat Khalifah sesuai kehendak mereka. Dengan demikian Bani Abbasiyah tidak lagi mempunyai kekuatan dan kekuasaan, meskipun resminya mereka adalah penguasa. Usaha untuk melepaskan dari dominasi Turki selalu mengalami kegagalan. Pada tahun 892 M, Baghdad kembali menjadi Ibukota. Sementara kehidupan intelektual terus berkembang.

Akibat adanya persaingan internal di kalangan tentara Turki, mereka memang mulai melemah. Mulailah Khalifah Ar-Radi menyerahkan kekuasaan kepada Muhammad bin Raiq, Gubernur wasit dari Basra. Di samping itu, Khalifah memberinya gelar Amirul Umara (Panglima para panglima). Meskipun demikian, keadaan Bani Abbas tidak menjadi lebih baik. Dari dua belas Khalifah pada periode ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar, selebihnya, kalau tidak dibunuh, mereka digulingkan dengan paksa.

Pemberontakan masih bermunculan pada periode ini, seperti pemberontakan Zanj di dataran rendah Irak Selatan dan pemberontakan Karamitah yang berpusat di Bahrain. Namun bukan itu semua yang menghambat upaya mewujudkan kesatuan politik Daulah Abbasiyah. Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada periode ini adalah sebagai berikut, pertama, luasnya wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyyah yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Berbarengan dengan itu kadar saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah, Yang kedua, profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat besar. Setelah kekuatan militer merosot, Khalifah tidak sanggup lagi memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

c. Periode Ketiga (945-1055 M)

Posisi Daulah Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan ciri utama dari periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji. Sementara itu Bani Buwaihi telah membagi kekuasaannya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian selatan negeri Persia, Hasan menguasai wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai wilayah Al-Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan demikian Baghdad pada periode ini tidak lagi menjadi pusat pemerintahan Islam, karena telah dipindah ke Syiraz di mana berkuasa Ali bin Buwaihi yang memiliki kekuasaan Bani Buwaihi.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Daulah Abbasiyah masih terus mengalami kemajuan pada periode ini. Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar seperti Al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al-Biruni (973-1048 M), Ibnu Misykawaih (930-1030 M) dan kelompok studi Ikhwan As-Safa. Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga mengalami kemajuan. Kemajuan itu juga diikuti dengan pembangunan kanal, mesjid dan rumah sakit. Patut dicatat pula bahwa selama masa Bani Buwaihi berkuasa di Baghdad, telah terjadi beberapa kali bentrokan sosial aliran ahlu sunnah dan syiah, dan pemberontakan tentara.

d. Periode Keempat (1055-1199 M)

Periode keempat ini ditandai dengan berkuasanya Bani Saljuk dalam Daulah Abbasiyah. Kehadiran Bani Saljuk ini adalah atas ’’undangan’’ Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di baghdad. Keadaan Khalifah sudah mulai membaik, paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syiah.

Seperti halnya pada periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang dalam periode ini. Nizam Al-Mulk, Perdana Menteri pada masa Alp Arselan dan Maliksyah, mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang-cabang Madrasah Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan. Madrasah ini menjadi model bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Madrasah ini telah melahirkan banyak cendikiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Misalnya yang dilahirkan dalam periode ini adalah Az-Zamakhsari, penulis dalam bidang Tafsir dan Usul ad-dien (Teologi), Al-Ghazali dalam bidang ilmu kalam dan tasawuf, dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu perbintangan. Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa provinsi dengan seorang gubernur untuk mengepalai masing-masing provinsi. Pada masa pusa kekuasaan melemah, masing-masing provinsi memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang terjadi di antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikrit demi sedikit kekuasaan politik Khalifah menguat kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka berakhir di Irak di tangan Khawarizmisyah pada tahun 1199 M.

e. Periode Kelima (1199-1258 M)

Telah terjadi perubahan besar-besaran dalam kekhalifahan Daulah Abbasiyah dalam periode kelima ini. Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa tetapi hanya di baghdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan Khalifah menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah datang tentara Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan pada tahun 1258 M.

Faktor-faktor yang membuat Daulah Abbasiyah menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Di antara faktor-faktor intern adalah, pertama, adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia dan Turki. Kedua, terjadinya perselisihan pendapat di antara kelompok pemikiran agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah. Ketiga, munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang berkepanjangan. Keempat, terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari bentrokan politik.

Sedangkan faktor-faktor ekstern yang terjadi adalah, pertama, berlangsungnya perang salib yang berkepanjangan dalam beberapa gelombang. Dan yang paling menentukan adalah faktor kedua yaitu, adanya serbuan tentara Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.

Kekejaman Bangsa Mongol[17]

Khalifah Al-Muktasim, Khalifah Daulah Abbasiyah yang paling akhir, beserta seluruh putra-putranya dan semua pembesar-pembesar kota Baghdad mati dibunuh semuanya oleh tentara Mongol. Sebagian besar penduduk kota itu disembelih laksana binatang saja. Sesudah itu mereka merampas harta benda penduduk dan melakukan perbuatan-perbuatan kejam dab ganasnya tiada terperikan. Sekalian isi istana dan perbendaharaan negara mereka rampas semuanya. Istana dan gedung-gedung yang indah, madrasah dan mesjid-mesjid yang mengagumkan mereka rusak. Buku-buku pengetahuan yang tak ternilai harganya, mereka lemparkan ke dalam sungai Tigris sehingga hitam lantaran tinta yang luntur. Mereka membakar di sana-sini sehingga api mengamuk di seluruh kota. Peristiwa kekejaman ini berlaku sampai 40 hari lamanya. Di atas bumi kota Baghdad, tak ada lagi yang kelihatan, selain dari tumpukan bara hitam yang masih berasap.

Daulah Abbasiyah Lenyap

Dengan kematian Al-Muktasim lenyaplah Daulah Abbasiyah dari bumi ini, berkubur dalam bumi kota Baghdad yang telah hangus di bawah runtuhan gedung-gedung dan istana.

Dalam masa lima abad lamanya, yakni sejak dari Abu Abbas As-Safah memerintah pada 750 M sampai hari mangkatnya Al-Muktasim pada 1258 M, telah ada 37 orang Khalifah menduduki singgasana Daulah Abbasiyah.

Penutup

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, Pada masa ini kedaulatan umat Islam telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan ataupun kekuasaan. Pada zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain itu sumbangan umat Islam bagi peradaban dunia juga dihasilkan oleh para cendikiawan-cendikiawan besar yang hidup di masa Daulah Abbasiyah ini. Namun ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari perjalanan panjang Daulah Abbasiyah yang selama berabad-abad menguasai dunia yakni agar umat Islam jangan terlena dengan kekuasaan dunia, karena keterlenaan dan hidup bermegah-megah menyebabkan kita jauh dari ajaran Allah SWT. Hal juga merupakan pemicu bagi umat Islam untuk kembali bangkit merebut kejayaan Islam yang pernah dirasakan pada masa Daulah Abbasiyah.

 

jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat

  1. Siapa pendiri daulah abasyiah ?
  2. Jelaskan sejarah berdirinya daulah abbasyiah !
  3. Jelaskan ilmu pengetahuan yang lahir pada masa  Bani abbasyiah!

Postingan Populer