Internet dan anak muda seperti dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Di satu sisi ia membawa banyak manfaat, tapi di sisi lain sejumlah bahaya mengintai, salah satunya adalah digital harassment. Apakah itu?
Digital harassment memiliki pengertian hampir sama dengan cyber bullying alias aksi penghinaan / pelecehan di dunia maya. Bedanya, digital harassment terjadi di antara 2 orang yang sedang menjalin hubungan asmara. Aksi ini dilakukan oleh anak-muda atau remaja dengan menggunakan ponsel, situs jejaring dan piranti komunikasi lain untuk melancarkan gangguan (bully).
Munculnya aksi ini tidak terlepas dengan gaya pacaran sekarang yang melibatkan internet dan ponsel agar dua sejoli tetap saling berhubungan. Namun masalahnya, tidak semua hubungan tersebut berjalan dengan seimbang, terutama di kalangan anak muda yang memiliki emosi yang belum stabil.
Dalam banyak hubungan dijumpai salah satu pihak memanipulasi dan mengontrol, dan pihak lainnya menjadikan piranti digital sebagai suatu pelampiasan. Permintaan-permintaan’ aneh’ pun muncul dari pihak yang lebih kuat seperti meminta password akun-akun sosial, foto-foto seksi, atau memaksa pasangannya untuk memutuskan hubungan online dengan orang-orang tertentu. Selain itu, si pelaku juga suka menyebarkan fitnah, mempermalukan orang lain atau bahkan melakukan teror.
Menurut survey yang dilakukan oleh MTV dan Associated Press di tahun 2009, korban dari aksi tersebut memilih untuk keluar dari sekolah dan bahkan berpikir untuk bunuh diri. Merekapun diketahui enggan untuk melaporkan aksi digital harassment itu. Sebuah konsekuensi yang tidak boleh dianggap remeh tentu saja.
Kemudian, apa yang bisa dilakukan orang tua mengenai hal ini? Tips-tips berikut ini mungkin bisa membantu orang tua untuk mencegah anak-anak mengalami ‘drama digital’ dalam kehidupan mereka. Jika Anda mencurigai anak-anak menjadi korban digital harassment, lakukanlah langkah berikut ini.
1. Ajaklah diskusi. Anak-anak mungkin menyembunyikan kejadian ini. Akan tetapi, Anda bisa memancingnya untuk berbicara mengenai keamanan online dan perilaku yang bertanggung jawab.
2. Yakinkan pada mereka bahwa Anda selalu ada. Ingatkan pada anak-anak bahwa Anda memiliki waktu saat mereka ingin bicara. Katakan juga bahwa merekapun bisa curhat pada pihak konseling sekolah, pada guru atau bahkan pada orang tua teman.
3. Beri batasan. Ingatkan anak-anak untuk tidak melakukan sesuatu di luar ‘zona aman’ seperti membagi password atau mengirim foto seksual.
Sumber: Commonsensemedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar