Oleh: Tongato
Guru merupakan profesi mulia. Orang yang telah menetapkan diri
menjadi guru berarti telah mengambil jalan mulia. Mulia ikhlas mendampingi
murid-muridnya. Mulia dalam mengantarkan pemilik masa depan bangsa menjadi
orang yang siap menghela masa depannya.
Atjih, S.Pd dalam kegiatan micro teaching 2014
Dalam proses mendampingi murid, peran guru tidak tergantikan.
Meskipun perkembangan teknologi telah mempermudah segala hal, namun kehadiran
guru tetaplah mendapatkan peran yang utama dalam pendidikan. Meskipun kini
bukan satu-satunya sumber belajar, guru tetaplah pemegang kendali dalam proses
pembelajaran. Ini bukan saja karena pendidikan berperan memanusiakan manusia
yang berarti tidak bisa tergantikan oleh mesin. Tetapi juga anak didik perlu
pendampingan dalam menggali potensinya sehingga menjadi aktual.
Dalam berbagai penelitian, baik yang korelasional maupun
pengaruh terdapat adanya signifikansi peran guru dalam meningkatkan prestasi
muridnya. Adanya guru yang kompeten akan membuat kompetensi anak didik
meningkat. Demikian pula strategi dan metode guru dalam pembelajaran yang tepat
akan meningkatkan kualitas anak didiknya.
Dalam buku klasik yang disyarahkan oleh Syeikh Ibrahim ibn
Ismail berjudul Ta'limul Muta'alim Toriqot al Tangalum dikemukakan bagaimana
interaksi guru murid semestinya agar proses dan hasil pembelajaran berhasil
sukses. Pesantren-pesantren di Jawa menggunakan buku ini sebagai referensinya
sudah sejak lama. Paling tidak ada tiga hal penting dalam hubungan guru-murid:
Pertama ada niat. Niat merupakan pokok segala hal. Segala
sesuatu berawal dari niat. Niat yang baik akan menghasilkan hal yang baik pula.
Guru berniat anak didiknya mampu menjadi pembelajar. Mengerti bagaimana caranya
belajar. Anak didik mau dan berusha untuk menjadi pembelajar sejati. Bersedia
bertekun diri dalam menggapai ilmu yang dipilihnya. Niat guru dan anak didik
bertemu saling menguatkan dan memberdayakan.
Kedua, kesungguhan dan konsistensi. Segala sesuatu bila tidak
sungguh sungguh maka tidak akan melahirkan apa pun. Guru bersungguh sungguh
dalam mendidik dan mengajar dan anak didik tak kalah bersemanganya dalam
belajar. Maka bertemulah kesungguhan gur dan anak didik sehingga menjadikan
sinergi yang menumbuhkan dan mengembangkan. Sungguh saja belum cukup perlu
adanya konsistensi. Jika suatu kali sungguh sungguh lain kali tida sungguh
sungguh maka tidakbakan membuahkan hasil yang memaksimalkan.
Ketiga, mencintai ilmu dan orang orang yang menguasai ilmu.
Indikator cinta ilmu adalah apa yang telah dipahami dari proses pembelajaran,
membaca atau berdiskusi segera dicatat. Mencatat adalah cara mengikat ilmu yang
telah dikuasai. Kalau binatang buruan yang sudah tertangkap, binatang itu
segera diikat dengan tali agar tidak lepas. Apa sudah cukup ilmu yang sudah
dipahami hanya sekedar diikat? Tentu tidak. Ilmu yang sudah dikuasai harus
segera dikembangkannya. Ilmu hanya bisa berkembang bila disampaikan,
dikomunikasikan ataupun diajarkan kepada orang lain. Dengan mengkomunikasikan
ataupun mengajarkannya, ilmu kita tidak berkurang. Bahkan malah tumbuh dan
berkembang. Ketika ilmu tidak dikomunikasikan, ilmu itu akan beku, layu untuk
kemudian mati.
Lalu apa indikator menghormati org2 yang berilmu? Yakni
antaranya adalah guru. Ketika kita menghormati orang berilmu, kita rindu, kita
ingin selalu dekat dengannya. Senang berlama-lama berbicara dengannya. Tugas
seorang guru seperti dokter. Ada kesamaan dalam menjalani dan dampak hasilnya.
Dokter pertama-tama ketika berhadapan dengan pasiennya adalah menanganinya
dengan baik. Berusaha dengan segala ilmu yang dikuasainya untuk menyembuhkan.
Dan akan gembira dan bahagia manakala pasien sembuh dari penyakitnya.
Demikian juga seorang guru, anak didiknya yang memahami ilmu
yang diajarkan akan senang. Anak didiknya yg sukses jg akn menggembirakan
sekaligus membahagiakan gurunya. Tidak ada iri apalagi dengki bila anak
didiknya sukses. Sebaliknya akn gembira dan bahagia. Inilah hakikat dasar tugas
guru. Memberdayakan untuk kemudian membahagiakan. Pertama tama membahagiakan
ank ddknya utk kemudian membahagiakan driya. Namun selalu iklas dgn kebahagiaan
anak didiknya.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar